Liputan6.com, Jakarta - Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo digadang-gadang akan menjadi pasangan terfavorit pada Pemilu 2024, bila benar diduetkan sebagai pasangan calon presiden dan calon wakil presiden 2024.
Menanggapi hal itu, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto tidak ambil pusing. Termasuk ketika Hashim Djojohadikusumo, sebagai wakil ketua dewan pembina Partai Gerindra mengatakan bahwa bila diduetkan maka Prabowo yang lebih pantas sebagai capres dan Ganjar cawapres karena lebih senior.
Baca Juga
"Itu kan satu wacana. Boleh dong wacana muncul. Ketika Pak Hashim ditanya, itu (Prabowo-Ganjar) prinsip senioritas," ujar Hasto saat ditanya awak media usai diskusi mengenai geopolitik Soekarno di Universitas Paramadina, Jakarta, Selasa (21/3/2023).
Advertisement
Hasto lalu mengembalikan singgungan soal senioritas. Jika wacana yang muncul berbeda muncul yakni Megawati-Prabowo maka tentu keduanya lebih senior bila dipasangkan ketimbang dengan Ganjar Pranowo.
"Lalu ada temen saya bilang, kalau prinsipnya senioritas ada juga misalnya Megawati-Prabowo. Itu kalau prinsip senioritas. Tapi sebagai sebuah analisis ya itu sah-sah saja," ungkap Hasto.
Terlepas dari wacana itu, Hasto memastikan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri sudah menyatakan sebagai partai yang dipercaya rakyat menang pemilu dua kali berturut-turut, maka akan mengusung calon presiden dari internal kader partai. Dia meyakini, hal itu sebagai kebijakan yang dikeluarkan ketua umum PDI Perjuangan yang diartikan sebagai mandat.
"Sebagai partai yang dipercaya rakyat memang pemilu dua kali, tentu saja kami punya target menetapkan calon presiden dari kader internal PDI Perjuangan. Ini kebijakan yang dikeluarkan ketua umum PDI Perjuangan (PDIP). Ibu Megawai yang punya mandat itu," tegas Hasto.
Bukan Soal Figur, tapi Soal Struktur Kebangsaan
Ketika ditanya siapa sosok yang layak meneruskan kepemimpinan dan pemikiran Soekarno, Hasto mengingatkan bahwa sebaiknya jangan bicara figur dulu karena hal itu terkait dengan sistem dan struktur kebangsaan.
"Kalau pemikiran Soekarno kan berbicara juga tentang struktur politik, sistem ekonomi, kelembagaan, tata pemerintahan negara. Jadi itu yang harus match dengan geopolitik Soekarno. Tak bisa hanya berhenti pada figur, tapi ide, pemikiran, gagasan yang dijabarkan dalam sistem kebudayaan, sistem politik, sistem ekonomi, dan juga bahkan sistem perilaku juga," Hasto menutup.
Advertisement